![]() |
Seketika Franskus Bobii di lantik kembali menjadi Kadistrik |
Siapa yang tak kenal sosok Fransiskus Bobii di tanah Papua. Sejak
dekade 1998 hingga sekarang ia masih eksis dalam dunia pers sekalipun
disibukkan dalam kepengurusan Pemerintahan di Distrik Tigi Barat, Kabupaten Deiyai Papua. Setelah dirinya menjabat sebagai Kepala Distrik
di wilayah tersebut.
Fransiskus Bobii, dilantik menjadi kepala Distrik Tigi Barat sejak 09
September 2009, oleh Penjabat Bupati Deiyai Drs. Blasius Pakage,
setelah Paniai memekarkan dua Kabupaten yakni Kabupaten Deiyai dan
Kabupaten Intan Jaya.
“Sekalipun banyak tugas pemerintahan dalam pelayanan kepada 18 ribu jiwa, namun saya luangkan waktu juga untuk menulis,” tuturnya putra sulung buah Pernikahan Isaias Bobii dan Theresia Pakage itu.
Kepala Distrik yang lahir 8 Agustus 1976 itu, menekuni pers sejak 1998, ketika itu di bangku kuliah semester III. Di kampus banyak buku panduan yang mendorong dirinya menjadi seorang Pers di tanah Papua.
Selain itu, oleh para Pembina asrama juga mendidik agar menjadi wartawan. Sosok Wartawan Tifa Irian, Drs. Lukas Karl Degei, adalah seorang sosok Pembina asrama katolik dan juga menjadi dosenku di Institut Pastoral Indonesia (IPI) Filial Jayapura.
“Menjadi wartawan memang sulit, soalnya dituntut pembentukan intelektual, dimana sebuah kondisi digambarkan dalam tulisan. Bukan berbicara akan tetapi digambarkan dalam sebuah tulisan. Dan menjadi wartawan sulit, sangat mudah keluar dari wartawan. Itulah yang saya alami di kalah tahun 1998,” ujar Frans Bobii, kepada Tabloidjubi.com, saat ditemui di Kampung Ayate, Distrik Tigi Barat, Senin (19/9).
Pendiri Harian Pagi Papua Pos Nabire itu, tahun 1999 ini, mengakui sebagai seorang wartawan ia telah memahami akan mekanisme organisasi pemerintah termasuk tugas dan fungsi dari pemerintahan. Di kala itu tahun 1998 ia menjadi wartawan pada Tabloid Irja Post. Sebelumnya ia juga sering menulis di beberapa majalah misalnya Mingguan hidup, Sadhana, dan Kabar dari kampong (KDK) YPMD. “Selanjutnya tahun 1999 setelah Tabloid IRJA POS menjadi Koran Harian yang disebut Papua Pos, saya dipercayakan sebagai biro Nabire,” paparnya.
Sebagai wartawan terus berupaya memburu berita untuk mengisi rubrik Harian Papua Pos selama selama tiga (3) tahun 1999-2003. Kerja sama yang dibangun dengan pemerintah Kabupaten Nabire cukup menjanjikan maka pada tahun 2003 kami merencanakan untuk membangun Koran sendiri yang kini dikenal dengan Papua Pos Nabire. Selain itu saya juga menulis di beberapa Koran nasional, misalnya KabarIndonesia, Wikimu dan beberapa media lokal di papua.
Berbicara soal menjadi PNS sebagai pelayan pemerintah, dirinya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Departemen Agama Provinsi Papua. Dan selanjutkan ditempatkan di Kabupaten Puncak Jaya (Mulia) tahun 2000. Jiwa Jurnaslismenya terus menggema. Disana dirinya tidak terlalu aktif masuk Kantor, tetapi justru lebih banyak mencari berita.
Tahun 2004 Fransiskus Bobii mengajukan permohonan pindah tugas di Nabire. Pada tahun sama juga oleh bupati Nabire Drs. Anselmus Petrus Youw mengalih tugas dari vertikal ke Otonom di berdasarkan surat lolos butuh.
Di Nabire, dirinya lebih banyak menjadi kulih berita dibanding masuk Kantor. “Memang naluri Pers sudah membatin dan sesuatu yang susah lepaskan dari hidup saya,” akuinya.
Di tahun 2009, seiring dengan pemekaran Kabupaten Deiyai, oleh Drs. Blasius Pakage, melantik saya sebagai kepala Distrik Tigi Barat, tepatnya pada tanggal 09 September 2009 diaula Kingmi Waghete. Tak terasa, ditahun 2011 menjadi dua tahun empat bulan saya memimpin Tigi Barat yang didomisili oleh 15 Ribuh jiwa penduduk yang berada di 12 kampung itu. Suka, duka melayani masyarakat memang bagian yang tak bisa disangkal. Berbagai persoalan selalu mengikuti deraplangkah memajukan masyarakat. “Bagi saya masalah social itu dinamika hidup atau boleh dikata seni hidup,” tuturnya.
Dalam masa kepemimpinanku, ada beberapa program sedang diperjuangkan, diantaranya membangun basis-basis ekonomi. Ada beberapa koperasi dapat dilihat sebagai indicator keberhasilan, mereka bisa membeli transportasi umum, ada koperasi yang hingga tahun 2010 modelnya mencapai seratus juta.
Selain bidang Ekonomi, program lain yang menjadi program Perioritas adalah membuka isolasi daerah jalan dan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten terutama Dinas Pekerjaan Umum. Di tahun 2009 dan 2010 pemerintah Distrik telah mendapat dana pusat dalam bentuk program PPIP, telah membuka jalan antar kampung.
Kini pemerintah tengah membangun jalan tiga titik pembangunan Jalan, diantaranya, Ayatei Arah Debey, Ayatei arah Selatan dan jalan masuk Kantor Distrik. “Pengalaman menjadi wartawan mengantarkan saya memahami pemerintah dan mengetahui cara kerja pemerintah,” ujar Frans IGN Bobii.
Kepala Distrik ini memiliki segudang pengalaman dalam tulis menulis, kita bisa jumpai dalam berbagai blog/ situs. Beragam tulisan dan lebih mengangkat keprihatinan rakyat. Bahkan ada beberapa judul buku yang ditulis di antaranya Bersama A.P. Youw menuju Nabire Baru diterbitkan PT. Mediana Papuana, Prospektif Adama Youw Merintis Nabire diterbitkan ICAKAP Papua. Quo Vadis Rakyat Papua di Era Otsus, dan Manusia Mee dalam Proses Pembangunan Bangsa. Tulisan terakhir yang dalam proses percetakan adalah tentang Kabupaten Deiyai di bawah judul dari Paniai menuju Deiyai. (JUBI/EVEERTH JOUMILENA)
Tidak ada komentar