Diberdayakan oleh Blogger.

Cat-1

Cat-2

Cat-3

Cat-4

» » » » » » Pementasan Drama Pada Natal IPMANAPANDODE Se-Jawa-Bali 2016 di Jakarta



Sosok Seorang Auki
Penetapan Auki Tekege Sebagai Tokoh Gereja oleh Uskup Timika Mgr Jhon P Saklil Pr.
(Foto Ilustrasi/MK)
Disini kami angkat dan mementaskan drama kami IPMANAPANDODE Bandung adalah sejarah hidup sosok Auki Tekege yang dengan gigihnya telah berhasil membawah masuk agama Kristen di Paniai dengan damai. Auki sebagai salah satu tokoh diantara sekian banyak tokoh  yang telah membuka pagar Allah yang di buat secara bertatap di tanah Papua.

Berikut Pementasan Drama kami yang berthema; Injil Masuk di Daerah Meeuwodide yang di kutib di buku “Herman Tillemans Awee Pitoo”.
(Herman Tillemans dan Auki Tekege pada tahun 1932-1936)

Peran dan Tokoh Dalam Drama

Ada beberapa keluarga hidup di suatu tempat, Sebut saja di modio. Mereka adalah:
Keluarga 1. Keluarga..........................................2. Keluarga..................................................3. Keluarga..............................................................4. Keluarga..................................................5. Keluarga..............................................................6. Keluarga..................................................7.

Anak bungsu dari keluarga pertama adalah Bedoubainawi, Ia disebut Bedoubainawi karena semasa muda Bedoubainawi mempunyai hobby berburu burung. Ia selalu mengoleksi berbagai jenis burung. Sebagian besar dari burung yang dikoleksi adalah Burung Cenderasih.
Bedoubainawi mengoleksi burung cenderawasih

 Bedoubainawi rupanya mempunyai maksud tertentu dibalik kegiatan koleksi burung Cenderasih itu. Ia sering kali berjanji kepada masyarakat sekitarnya bahwa pada suatu saat ia akan menghadirkan Dunia Modern.
Artinya: Janji Bedoubainawi kepada masyarakatnya; Kemaa komaa anii Ogaimakiyo kiemeyawitaa kokaoo

Kini, Bedoubainawi mulai berburu keluar daerahnya Modio. daerah yang ia lalui adalah daerah Isago-doko (diantara mapia dengan kokonao). Di asago Ia bertemu dan berkenalan dengan seorang pemuda bernama Ikoko Nokuwo.  Bedoubainawi mulai berkenalan dengan Ikoko Nokuwo

Bedoubainawi bersama Ikoko sudah lama di isago-doko. Pada suatu hari Bedoubainawi pergi di pantai selatan lalu Bedoubainawi berkenalan dengan kepala suku Kamoro. Keesokan harinya ia kembali ke isago doko.

Beberapa minggu kemudian Bedoubainawi pergi berjualan hasil bumi seperti, Ubii, Burung Cenderawsih, tembakau dan hasil bumi lainnya kepada kepala suku Kamoro di Pantai Selatan tepatnya di Kokonao.

dan diganti dengan kulit bia “Mege” adalah Alat pembayaran, sambil latihan bahasa kamoro kepada kepala suku kamoro tersebut.

Hari demi hari Bedoubainawi mulai belajar bahasa kamoro dan akhirnya menjadi fasih.
Bedoubainawi sudah lupa lagi dengan kampung kelahirannya di Modio.

Namun beberapa tahun kemudian ia kembali ke kampung Modio tanpa membawa sesuatu apapun. Kedatangan Bedoubainawi tidak di senangi masyarakat Modio yang di tinggalkan bertahun-tahun itu.

Orang-orang Modio bertanya kepada Bedoubaunawi Dimana Ogai-makiyo (Dunia Modern)” yang dari dulu kau janji itu? Tanya masyarakat modio kepada Bedoubainawi sambil memakii dan memarai kepadanya.

Akhirnya masyarakat modio memberi dan memanggil dirinya TAPEHAUGI yang artinya Orang yang tidak beruntung”.

Pada waktu itu hampir seluruh daerah Modio terjadi perang. Perang itu terjadi antar marga dan antar kampung akibat Pencurian, persinahan yang berbuntut pada pembunuhan, yang sifatnya melanggar hukum TOTAMANAA. Sistim sangsi hukumpun tak berlaku, hanya nyawa ganti nyawa.
Perang Antar Marga dan Kampung

Tapehaugi hampir setiap hari berpikir, bagaimana caranya sehingga masyarakat bisa hidup aman, damai dan rukun berdasarkan ajaran-ajaran Totamana dan Kabomana.
Pada suatu hari Tapehaugi memutuskan pergi mengunjungi rekannya Ikoko Nokuwo di daerah isago.

Tapehaugi bersama istrinya Kesaimaga Gobay, mulai berjalan dari kampung bermalam di bidau lalu mereka bertemu Ikoko Nokuwo di daerah Isago.
Semalam dalam perjalanan.

Lalu beberapa hari kemudian Tapehaugi bersama istrinya lanjut perjalanan menuju Kampung Dawudi. dan malam berikutnya mereka sampai dikampung Wigikunu.
Di kampung itu Tapehaugi menetap lama dan membuat rumah.

Tak lama kemudian, Tapehaugi bersama Ikoko Nokuwo setelah Ikoko Nokuwo mengunjungi Tapehaugi pergi berjualan hasil bumi kepada kepala suku Kamoro di pantai selatan (Kokonao) untuk ditukarkan dengan hasil bumi dari pantai.
Sampai di kokonao mereka berdua masuk dirumah kepala suka Kamoro itu.

Pada malam harinya kepala suku kamoro menceritakan tentang orang-orang barat (Misionaris) yang sedang mewartakan Injil di daerah kokonau.
Tapehaugi sangat tertarik dan ingin berjumpa dengan para Misionaris tersebut. Namun, Kepala suku tidak menceritakan keberadaan para misionaris itu.

Tapehaugi mengetahui maksud hati kepala suku kamoro.
Dan kemudian Tapehaugi berjanjian bahwa: setelah 3 bulan kemudian Tapehaugi akan membawa hasil buruan dan makanan.

Janji Tapehaugi itu diterima baik oleh kepala suku Kamoro.
Tiga bulan kemudian Tapehaugi membawa 40 ekor burung cenderawasih (Tune mepia) yang sudah dikeringkan sebelumnya, ditambah Ubi dan tembakau.

Kepala suku kamoropun sudah mempersiapkan kulit bia, 40 buah kampak batu (Maumi) dan hasil laut lain sesuai perjanjian sebelumnya.

Setelah pertukaran barang selesai, Kepala suku kamoro berjanji akan membawa para Misionaris untuk perkenalkan dengan Maihora di Wigikunu
Maihora itu adalah (Panggilan orang kamoro kepada Tapehaugi). Dengan hati yang senang dan gembira Tapehaugi kembali ke Wagikunu.

Pada suatu hari, sementara Tapehaugi sedang membuat kebun, tiba-tiba istri Kesaimaga memanggilnya dengan nada yang terkejut.
Hey, Orang tobousa, jangan melamun, sahabat-sahabatmu sedang datang, Mari jemput mereka.Tapehaugipun bergegas menjemput mereka.

Sesampai dirumah ia berkenalan  dengan orang-orang berkulit putih termasuk kepala suku Kamoro. Orang-orang berkulit putih tersebut Persis seperti anak yang baru lahir.
Kepala suku kamoro berkata kepada Tapehaugi: Maihoga, Inilah orang-orang yang mewartawan kabar gembira.

Maka mereka saling berkenalan satu sama lain. Orang-orang berkulit putih itu antara lain, Pater Tillemans Msc dan dr. Bijmler.

(Pada waktu itu tepat bulan April 1932).
Tapehaugi menceritakan, Banyak orang seperti saya yang sedang mendiami di balik gunung sana. Saya minta supaya kabar Injil diwartawan kepada rakyat saya, Ungkap Tapehaugi berharap.

Pater Tillemans berjanji setelah 3 (tiga) tahun kemudian dirinya akan datang mengunjungi di balik gunung tepatnya di modio.
Selanjutnya Tapehaugi bersama istrinya Kesaimaga kembali ke Modio tinggalkan Wigikunu.

Dalam perjalanan pulang Tapehaugi mendapat Nama baru dari seorang malaikat di gunung Makabike. Nama yang di berikan adalah AUKI artinya Laki-laki yang hebat. dalam nada keheranan.

Sesampai di modio, Auki menceritakan seluruh perjalanannya ke kokonao termasuk nama yang baru di berikan dari Malaikat itu.

Orang yang turut mendengarkan cerita Auki adalah: Menasaitawi Tatogo, Megetaibi Kedeitoko, Dekeugi Makai.

Tiga tahun kemudian, rombongan Pater Tillemans tiba di Modio setelah 5 hari dalam perjalanan. Pada waktu itu, Ikoko Nokuwo memakai topi yang dibuat dengan rotan.

Mereka disambut dengan Tupe/Wani dan di potong 2 (dua) ekor babi sebagai pengucapan syukur atas kehadiran dua orang barat tersebut.

Selanjutnya Auki memerintahkan kepada Minesaitawi Tatogo dan Dakeugi Makai untuk memanggil seluruh pimpinan masyarakat (Tonawi) yang ada di seluruh pedalaman Paniai.
Sepuluh hari kemudian, para Tonawi dari berbagai daerah tiba dengan membawa 2 ekor babi untuk pesta perdamaian (Tapa Dei/ Kamuu taii).

13 orang dari berbagai daerah Meeuwodide turut hadir dalam pesta perdamaian tersebut.

Mereka yang turut hadir antara lain:
Zoalkiki Zonggonao dan Kigimo Zonggonao dari Migani,
Gobai Pouga Gobai dari Paniai,
Itani Mote dan Timada Badii dari Tigi,
Papa Goo dari Kamuu,
Tomaigai Degei dari Degeiwo,
Pisasainawi Magai dari Piyakebo,
Dekeigai Degei Dari Putapa,
Enagobi Gobai dari Pogiano,
Tubasawi Tebai dari Toubay,
Mote Pouga Mote dari Adauwo, dan
Dakeugi Makai dari Piyaiye.

(Pada tanggal 07 Januari 1936)  
Pater Tillemans memimpin misa Kudus dan membuka Injil diatas batu di depan rumah Auki. Itulah misa pemberkatan pertama.
 
Setelah misa pemberkatannya, dilanjutkan dengan doa perdamaian (Tapa Dei/Kamu Taii) yang dipimpin oleh Auki.

Dalam doa inti, Auki meminta Minesaitawi Tatogo dan Dakeugi Makai untuk membunuh dua ekor babi Putih dan Hitam (Yegekina dan Bunakina). yang telah di persiapkan sebelumnya.

Ketika membunuh Babi Hitam (Bunakina)  Minesaitawi berkata:
Akii mogaitaitage Mee (Bagi yang akan berbuat Zinah),
Akii omanaitage Mee (Bagi yang akan mencuri),
Akii pogogoutage Mee (Bagi yang akan membunuh),
Akii mee ewegaitage Mee (Bagi yang akan menceritakan orang lain)
Akii puya mana wegaitagee Mee (Bagi yang akan menipu orang)
Kou ekinadani koudani kategaine.
Artinya: Saya samakan kamu yang akan melanggar ajaran- ajaran TOTAMANA dengan babi yang saya bunuh ini agar tidak terulang lagi.

Selanjutnya Dakehaugi Makai membunuh babi putih (Yegee Ekinaa) yang sudah diikat di pohon Otikai. Setelah itu Dakehaugi memotong pohon Otikai dan mengeluarkan darah merah bertanda persembahan diterima. Lalu nyanyikan (Wani/Tupee)

Setelah Upacara perdamaian selesai, rombongan Pater Tillemanspun kembali ke kokonao.

Inilah Pementasan Drama dari kami IPMANAPANDODE Bandung, yang berthema; Injil Masuk di Daerah Meeuwodide yang dikutib

Buku Herman Tillemans Awee Pitoo, Penulis: Fransiskus Bobii, S.AP (Herman Tillemans dan Auki Tekege pada tahun 1932-1936)

Sekian dan Terima kasih (Koyao, Koya, Kosa, Bidao)


                                                                                                            Pengutip: Mateus Tekege

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

About the Author Unknown

Hidup Ini Tidak Akan Berubah Menjadi Lebih Baik Jika Kita Hanya Saling Mengharapkan. Mari Awali Dari Diri Kita Untuk Berjuang Dengan Semangat Juang, Kerja Keras Untuk Menggapai Tujuan Bersama ! " FWP Adalah Solusi Akhir.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

AGAMA

AMP

MOYAI KEDEE

Cat-5

Cat-6